Selasa, 10 Maret 2020

Istighfar Pnghilang Amarah ku

@dd_bacasaja
Dina destriantini

Terkisah ketika suatu pagi (waktu itu masih menggunakan BBM ya)  saya mendapatkan suatu via BBM yg berisikan pesan dari teman saya, mengabarkan bahwa materi untuk ujian harus materi tentang pembelajaran Matematika SMA.
Alhasil ketika itu saya sudah kesal, ya karena kemarin saya sudah membuat materi yang lain. Ternyata ada salag satu teman yang juga membuat materi yang sama seperti materi yang telah saya buat tersebut. Katanya "saya juga sudah siap loh dari kemarin." Nah loh.. Jadi saya kesal dong. Toh saya juga sudah mempersiapkan dari kemarin nya, yaa kan.
Tapi ketika teman tersebut mengatakan dia tidak tahu mau buat materi apa lagi selain materi yang sana itu (padahal saya juga gitu sih gak tau mau bahas materi apa, karena waktu yang sudah deadline itu).
Sempat seketika saya tidak mau mengalah dengan hal tersebut,dan mengotot ingin materi itu juga,  apapun yg terjadilah (padahal waktu itu tidak boleh materi yang sama).
Tapi,  terbesit juga kala itu saya terdiam redahkan hati sebentar,  dan memperbanyak istighfar aja lah kala itu. Karena jujur saja saya sangat ingin marah dan ingin sekali menangis ketika jauh-jauh hari sudah saya persiapkan dengan matang materi nya. Saya berfikir kalau saya buat lagi di pagi ini, pasti gak akan selesai,  karena otak saya sudah gak busa mikirin materi lagi, karena akan segera dikumpulkan tugas nya. Saya terus saja istighfar terus menerus,  karena waktu itu saya juga nangis rasanya,  di satu sisi saya sudah siap materi yang akan di kumpulkan dan di persentasekan,  di sisi lain teman saya juga materi tersebut dan dia tidak tau lagi mau buat materi apa.  Apa bedanya dengan saya?,  ya sama,saya pun juga gak tau mau buat materi apa lagi di pagi itu. Terus saja saya ingat ucapan seseorang penceramah yang dia berkata " kalau kamu lapar perbanyak istighfar, sedang capek perbanyak istighfar,  sedang di rundung masalah perbanyak istighfar,  sedang marah perbanyak istighfar, karena istighfar ini adalah obat bagi diri kita,  karena apa setiap masalah yang ada pada diri kita,  itu di karenakan ulah kita sendiri." Air mata saya jatuh juga ketika itu,  lalu saya istighfar terus berharap ada jalan keluar. Di satu sisi saya yang lagi mengotak atik google di hp saya yang tidak mau loading, entah lah padahal kala itu sinyal saya penuh, tapi gak ada mau loading pencarian materi yang saya cari. Saya masih tambah sedih kala itu,  saya ingat lagi kalau istighfar bisa juga membuat hati tenang. Saya berdo'a juga supaya Allah memberikan jalan keluarnya..
Terus beristighfar sambil memikirkan materi apa yaa yang akan di tampilkan nanti..

Ah, saya berfikir terserah deh,  mau sama atau enggak,  kan aku duluan yang membuat materi itu,  bukan temanku.

Tapi,  saya sedih apabila teman tersebut yang harus mengubah materinya,  karena dia juga berkata bahwa dia gak punya lattop juga untuk mengetik ulang materi yang telah dibuat.

Sempat saya berdebat  sedikit dalam membalas chat teman saya. " kamu jangan egois gitu dong,  saya sudah jauh-jauh hari memakai materi pembelajaran ini. "

Padahal tadinya saya sudah mau ikhlas kalau dia yang memakai materi tersebut.  Tapi,  saya masih belum bisa rela begitu saja  di karena kan saya sudah capek dengan matang mempersiapkan materi pembelajaran tersebut.  Eeh malah ada yang ngambil. (mulai rasanya hati yang gak ikhlas itu muncul).
Alhasil, Saya kasian ketika teman saya ingin mengalah , kalau materi nya dia saja yang mengubah (baik yah teman saya) .
Kasian sekali, saya tidak bisa juga egois. Kalau memang ada yang ngubah berarti kita harus mengubah sama- sama.
Saya kembali beristighfar banyak-banyak,  sampai hati saya tenang denganya. 
Dengan hati yang sabar,  saya mengambil wudhu,  dan kembali beristighfar dalam hati, dan Saya chat lagi teman tersebut untuk mengalah dan membiarkan dia yang memakai materi pembelajaran tersebut.Alhamdulillah, setelah itu ada jalan  dari Allah, dan  hp saya bisa loading ke internet, yg waktu itu sinyal hp saya suka gangguan.. 
karena sudah capek baget baru selesai nyelesain materi pertama.  Alhasil saya dapatkan materi tersebut yg lebih mudah lagi dari materi pertama tadi. Terimakasih Ya Allah..  😊
.
Begitu besar manfaat dari perbanyak istighfar,  saya pun yang terkadang lalai dari berdzikir dikarenakan dosa saya yang sudah menggunung tak terbendung banyaknya.

Yaah,  seperti pagi berikutnya juga kesal lagi-lagi terjadi, dikarenakan baju yang ingin dipakai entah dimana. Sampai seisi lemari saya rubuhkan hanya untuk mencari baju tersebut,  dan itu dalam keadaan saya kesal mencari nya entah dimana, entah di pakai siapa atau tertinggal di mana. Tapi Istighfar ini lagi-lagi meredahkan hati yang panas tersebut. 

BIODATA

Dina Destriantini sarjana Matematika yang suka pusing kalau sudah ber matematika. Haha.
Bisa di panggil Dinud, Akak Nae. Seorang Suka menulis tapi masih amatiran, suka menyanyikan lagu sholawat dengan suara yang super pas-pas an tanpa dipublikasikan. Suka ngoleksi  sholawat dan siroh Nabi dan Sahabat,  menyukai dongeng Fabel.

Minggu, 12 Agustus 2018

Cantik sabar dan cerdas

Ummu Salamah termasuk wanita yang terhormat dan juga seorang wanita yang berparas cantik serta memiliki pemikiran yang cerdas. Ummu Salamah pada awalnya menikah dengan Abu Salamah Abdullah bin Abdil Asad Al Makhzumi, seorang sahabat yang mengikuti dua kali hijrah. Bagi Abu Salamah, Ummu Salamah adalah istri yang setia, taat menjalankan perintah Allah SWT serta melaksanakan setiap perintah sang suami.

Ummu Salamah senantiasa mendampingi suaminya melawan kerasnya siksaan orang-orang Quraisy, bahkan saat hijrah bersama suaminya ke Habasyah, semua harta dan keluarga ditinggalkannya untuk menjauhi orang-orang zalim dan para thagut yang sedang berkuasa saat itu. Dan di bumi hijrah inilah Ummu Salamah melahirkan putranya yang bernama Salamah.

Setelah kondisi Makkah kondusif lagi, Ummu Salamah dan suami serta anaknya kembali menjalani kehidupan di Makkah. Tak lama kemudian, sebuah peristiwa yang sangat mengesankan mengiringi perjalanan hijrah Ummu Salamah ke Madinah setelah peristiwa Bai'atul Aqabah Al Kubra, Abu Salamah bertekad untuk mengajak anggota keluarganya berhijrah.

Di saat Abu Salamah menunggang unta bersama istri dan anaknya, mereka tiba-tiba dihadang oleh Bani Mughirah dari suku Ummu Salamah. Mereka hanya mengizinkan Abu Salamah dan anaknya saja yang hijrah ke Madinah, sedangkan Ummu Salamah harus tetap tinggal di Makkah.

Terpisah dari suami dan anaknya beberapa waktu lamanya, membuat hati Ummu Salamah hancur. Setiap hari dirinya pergi ke pinggir sungai dang terngiang saat-saat dimana dirinya berpisah dengan suami dan anaknya. Bahkan hal itu membuatnya menangis sampai menjelang malam.

Lama kelamaan Ummu Salamah pun diberi izin untuk hijrah ke Madinah oleh kaum yang menahan dirinya. Dengan hanya ditemani oleh Utsman bin Thalhah, keduanya lantas pergi ke Madinah.
Akhirnya keduanya tiba di desa Bani Umar bin Auf di Quba, tempat dimana Abu Salamah tinggal. Selama di Madinah, Ummu Salamah sibuk mendidik anaknya yang merupakan tugas pokok bagi wanita dan mempersiapkan bekal bagi suaminya untuk berjihad.

Tak lama kemudian, Rasulullah SAW memanggil Abu Salamah dan mempercayakan kepadanya untuk membawa bendera pasukan menuju Qathn. Kaum muslimin yang dipimpin Abu Salamah meraih kemenangan, namun Abu Salamah kembali menderita luka, sehingga mengharuskan dirinya berbaring di tempat tidur. Sebagai seorang istri, Ummu Salamah lantas merawat suaminya hingga menjelang akhir hayat Abu Salamah.

Salah satu ucapan suaminya yang masih diingat oleh Ummu Salamah adalah dirinya akan mendapatkan pengganti yang lebih baik dari Abu Salamah. Rasulullah SAW turut memikirkan nasib wanita mukminah yang jujur, setia dan sabar ini. Beliau melihat tidak bijaksana rasanya apabila dia dibiarkan menyendiri tanpa seorang pendamping. Akhirnya beliau pun melamar Ummu Salamah sehingga menjadikannya seorang Ummul Mukminin.

Ummu Salamah hidup dalam rumah tangga nubuwah yang telah ditakdirkan untuknya dan merupakan suatu kedudukan yang beliau harapkan. Ia menjaga kasih sayang dan kesatuan hati bersama Ummahatul Mukminin. Ummu Salamah juga senantiasa memperhatikan urusan kaum muslimin dan mengamati peristiwa-peristiwa yang terjadi.

Tepat pada bulan Dzulqaidah tahun 59 setelah hijriyah, ruhnya menghadap Sang Pencipta. Sedangkan umur beliau sudah mencapai 84tahun. Ia wafat setelah memberikan contoh kepada wanita dalam hal kesetiaan, jihad dan kesabaran.

.
Free share
@dd_bacasaja
@dinadestriantini

Sabtu, 21 Juli 2018

Kehidupan tidak tenang hanya karena sebiji kurma

Selesai menunaikan ibadah haji, Ibrahim bin Adham berniat untuk berziarah ke Masjidil Aqsa. Sebagai bekalan perjalanan, ia membeli kurma dari pedagang tua yang berniaga berhampiran Masjidil Haram. Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim terlihat sebutir kurma terjatuh dari meja berhampiran dengan timbangan. Menyangka kurma itu sebahagian dari yang ia beli, Ibrahim memungut dan memakannya.

Setelah itu ia terus berangkat menuju Al Aqsa. Empat bulan kemudian, Ibrahim tiba di Al Aqsa. Seperti biasa, ia suka memilih satu tempat beribadah dalam ruangan di bawah Kubah Sakhra. Ia bersolat dan berdoa dengan khusyuk sekali. Tiba tiba ia mendengar percakapan dua Malaikat tentang dirinya.

“Itu, Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang zuhud dan wara’ yang doanya selalu dikabulkan ALLAH SWT,” kata malaikat yang satu.

“Tetapi sekarang tidak lagi. Doanya ditolak kerana empat bulan yang lalu ia memakan sebutir kurma yang jatuh dari meja seorang pedagang tua berhampiran Masjidil haram,” jawab malaikat yang satu lagi..

Ibrahim bin Adham terkejut sekali, ia terasa cemas sekali, jadi selama 4 bulan ini ibadahnya, solatnya, doanya dan mungkin amalan-amalan lainnya tidak diterima oleh ALLAH SWT gara-gara memakan sebutir kurma yang bukan haknya.

“Astaghfirullahal ‘adzhim” Ibrahim beristighfar. Terus ia berkemas untuk berangkat lagi menuju ke Mekkah untuk menemui pedagang tua penjual kurma. Untuk meminta dihalalkan sebutir kurma yang telah ditelannya.

Begitu sampai di Mekkah ia bergegas terus menuju ke tempat penjual kurma itu, tetapi ia tidak menemui pedagang tua itu melainkan seorang anak muda. “Empat bulan yang lalu saya membeli kurma di sini dari seorang pedagang tua. Di manakah ia sekarang ?” tanya Ibrahim.

“O, beliau sudah meninggal sebulan yang lalu, sekarang saya pula meneruskan pekerjaannya berdagang kurma” jawab anak muda itu.

“Innalillahi wa innailaihi roji’un, kalau begitu kepada siapakah saya boleh meminta untuk penghalalan?”. Lantas Ibrahim menceritakan peristiwa yang dialaminya, anak muda itu mendengar dengan penuh minat.

“Nah, begitulah” kata Ibrahim setelah bercerita.

“Saudara sebagai ahli waris orang tua itu, boleh saudara menghalalkan sebutir kurma milik ayahmu yang terlanjur saya makan tanpa izinnya?”.

“Bagi saya tidak masaalah. Insya ALLAH saya halalkan. Tapi entah dengan saudara-saudara saya yang jumlahnya 11 orang. Saya tidak berani menghalalkan bagi pihak mereka kerana mereka mempunyai hak waris sama dengan saya.”

“Tolong berikan alamat saudara-saudaramu, biar saya temui mereka satu persatu.”

Setelah menerima alamat, Ibrahim bin Adham pergi menemui saudara-saudara anak muda itu. Biarpun berjauhan, akhirnya urusan itu selesai juga. Mereka semua setuju menghalalkan sebutir kurma milik ayah mereka yang dimakan oleh Ibrahim secara tidak sengaja.

Empat bulan kemudian, Ibrahim bin Adham kembali berada di bawah Kubah Sakhra. Tiba tiba ia mendengar dua malaikat yang dulu terdengar lagi bercakap cakap. “Itulah Ibrahim bin Adham yang doanya tertolak gara-gara makan sebutir kurma milik orang lain.”

“O, tidak! Sekarang doanya sudah makbul lagi, ia telah mendapat penghalalan dari ahli waris pemilik kurma itu. Diri dan jiwa Ibrahim kini telah bersih kembali dari kotoran sebutir kurma yang haram kerana masih milik orang lain. Sekarang beliau sudah bebas.”

Free share n repost
@dd_bacasaja
@dinadestriantini

Senin, 18 Juni 2018

Nasehat Rasulullah SAW, kepada Putrinya



Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra, sesungguhnya dia berkata:  Pada suatu hari Rasulullah saw datang kepada puterinya, Fathimatuz Zahra’. Beliau dapati Fathimah sedang menumbuk gandum di atas lumping  (batu/kayu penggiling), sambil menangis. Kemudian Rasul berkata kepadanya: “Apakah yang membuatmu menangis wahai Fathimah?  Allah tiada membuat matamu menangis. “Fathimah kemudian  menjawab: ” Wahai ayahanda, aku menangis karena batu penggiling ini dan  kesibukanku dalam rumah”.

Kemudian Nabi duduk di sampingnya. Dan Fathimah berkata lagi:

“Wahai ayahanda, atas keutamaan engkau, mintalah kepada Ali agar dia membelikan bujang untukku supaya dapat membantuku menumbuk gandum dan  menyelesaikan urusan rumah.

Kemudian Nabi berkata kepada puterinya, Fathimah: “Kalau Allah menghendaki wahai Fathimah, tentu lumpang itu akan menggilingkan gandum  untukmu. Akan tetapi Allah menghendaki agar ditulis beberapa kebaikan untukmu, menghapuskan keburukan-keburukan  serta hendak mengangkat  derajatmu

Wahai Fathimah, barangsiapa orang perempuan yang menumbukkan  (gandum) untuk suami dan anak-anaknya, pasti Allah akan menuliskan  untuknya setiap satu biji, satu kebaikan serta menghapuskan darinya  setiap satu biji satu keburukan. Dan bahkan Allah akan   mengangkat  derajatnya.

Wahai Fathimah, barang siapa orang perempuan berkeringat manakala menumbuk (gandum)  untuk suamiya. Tentu Allah akan menjadikan  antara dia dan neraka tujuh khonadiq  (lubang yang panjang).

Wahai Fathimah, manakala seorang perempuan mau meminyaki kemudian menyisir  anak-anaknya serta memandikan mereka, maka Allah akan  menuliskan pahala untuknya dari   memberi makan seribu orang lapar dan  memberi pakaian seribu orang yang telanjang.

Wahai Fathimah, bilamana seorang perempuan menghalangi (tidak mau membantu) hajat tetangganya, maka Allah akan menghalanginya minum  dari telaga “Kautsar” kelak di hari  Kiamat.

Wahai Fathimah, lebih utama dari itu adalah kerelaan suami terhadap istrinya. Kalau saja suamimu tidak rela terhadap engkau, maka  aku tidak mau berdo’a untukmu. Apakah engkau belum mengerti wahai  Fathimah, sesungguhnya kerelaan suami adalah perlambang kerelaan Allah  sedang kemarahannya pertanda kemurkaan-Nya.

Wahai Fathimah, manakala seorang perempuan mengandung janin dalam perutnya, maka sesungguhnya malaikat-malaikat telah memohonkan  ampun untuknya, dan Allah menuliskan  untuknya setiap hari seribu  kebaikan serta menghapuskan darinya seribu keburukan.  Manakala dia menyambutnya dengan senyum, maka Allah akan  menuliskan untuknya pahala  para pejuang. Dan ketika dia telah  melahirkan kandungannya, maka berarti dia ke luar dari dosanya bagaikan  di hari dia lahir dari perut ibunya.

Wahai Fathimah, manakala seorang perempuan berbakti kepada suaminya dengan niat yang  tulus murni, maka dia telah keluar dari dosa-dosanya bagaikan di hari ketika dia lahir dari perut ibunya, tidak  akan keluar dari dunia dengan membawa dosa, serta dia dapati kuburnya sebagai taman diantara taman-taman surga.Bahkan dia hendak diberi pahala seribu orang haji dan seribu orang umrah dan seribu malaikat memohonkan ampun untuknya sampai hari kiamat. Dan barangsiapa orang perempuan  berbakti kepada suaminya sehari semalam dengan hati lega dan penuh ikhlas serta niat lurus, pasti Allah akan mengampuni dosa-dosanya serta memakaikan kepadanya pakaian hijau (dari surga) kelak di hari Kiamat, serta menuliskan untuknya setiap sehelai rambut pada badannya seribu  kebaikan, dan Allah akan memberinya (pahala) seratus haji dan umrah.

Wahai Fathimah, manakala seorang perempuan bermuka manis di depan suaminya, tentu Allah akan memandanginya dengan pandangan’rahmat’.

Wahai Fathimah, bilamana seorang perempuan menyelimuti suaminya dengan hati yang lega,  maka ada Pemanggil dari langit memanggilnya”mohonlah agar diterima amalmu. Sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu maupun yang  belum lewat”.  Wahai Fathimah, setiap perempuan yang mau meminyaki rambut dan jenggot suaminya,  mencukur kumis dan memotongi kukunya, maka Allah akan  meminuminya dari ‘rahiqil  makhtum dan sungai surga, memudahkannya ketika mengalami sakaratil maut, juga dia hendak mendapati kuburnya bagaikan taman dari pertamanan surga, serta Allah menulisnya bebas dari neraka serta lulus melewati shirat”.

.
Free share n repost
@dd_bacasaja
@dinadestriantini

Sabtu, 26 Mei 2018

Kucing kesayangannya Rasulullah





Diceritakan dalam suatu kisah, Nabi Muhammad SAW memiliki seekor kucing yang diberi nama Mueeza. Suatu saat, dikala nabi hendak mengambil jubahnya, di temuinya Mueeza sedang terlelap tidur dengan santai diatas jubahnya. Tak ingin mengganggu hewan kesayangannya itu, nabi pun memotong belahan lengan yang ditiduri Mueeza dari jubahnya. Ketika Nabi kembali ke rumah, Muezza terbangun dan merunduk sujud kepada majikannya. Sebagai balasan, nabi menyatakan kasih sayangnya dengan mengelus lembut ke badan mungil kucing itu sebanyak 3 kali.

Dalam aktivitas lain, setiap kali Nabi menerima tamu di rumahnya, nabi selalu menggendong mueeza dan di taruh dipahanya. Salah satu sifat Mueeza yang nabi sukai ialah ia selalu mengeong ketika mendengar azan, dan seolah-olah suaranya terdengar seperti mengikuti lantunan suara adzan.

Kepada para sahabatnya, nabi berpesan untuk menyayangi kucing peliharaan, layaknya menyanyangi keluarga sendiri.

Hukuman bagi mereka yang menyakiti hewan lucu ini sangatlah serius, dalam sebuah hadist shahih Al Bukhori, dikisahkan tentang seorang wanita yang tidak pernah memberi makan kucingnya, dan tidak pula melepas kucingnya untuk mencari makan sendiri, Nabi SAW pun menjelaskan bahwa hukuman bagi wanita ini adalah siksa neraka.

Tak hanya nabi, istri nabi sendiri, Aisyah binti Abu Bakar Ash Shiddiq pun amat menyukai kucing, dan merasa amat kehilangan dikala ditinggal pergi oleh si kucing. Seorang sahabat yang juga ahli hadist, Abdurrahman bin Sakhr Al Azdi diberi julukan Abu Hurairah (bapak para kucing jantan), karena kegemarannya dalam merawat dan memelihara berbagai kucing jantan dirumahnya.
.

Free share n repost
@dd_bacasaja
@dinadestriantini

Rabu, 16 Mei 2018

Tsa'labah Bin Abdurrahaman dan ketakutannya akan dosa


Seorang pemuda dari kaum Anshar yang bernama Tsa’labah bin Abdurrahman telah masuk Islam. Dia sangat setia melayani Rasulullah SAW. Suatu ketika Rasulullah SAW mengutusnya untuk suatu keperluan.

Dalam perjalanannya dia melalui rumah salah seorang dari Anshar, maka terlihat dirinya seorang wanita Anshar yang sedang mandi. Dia takut akan turun wahyu kepada Rasulullah SAW menyangkut perbuatannya itu. Maka dia pun pergi kabur. Dia menuju ke sebuah gunung yang berada di antara Mekkah dan Madinah dan terus mendakinya.

Selama empat puluh hari Rasulullah SAW kehilangan dia. Lalu Jibril AS turun kepada Nabi SAW dan berkata, “Wahai Muhammad! Sesungguhnya Tuhanmu menyampaikan salam buatmu dan berfirman kepadamu, “Sesungguhnya seorang laki-laki dari umatmu berada di gunung ini sedang memohon perlindungan kepada-Ku.””

Maka Nabi SAW berkata, “Wahai Umar dan Salman! Pergilah cari Tsa’laba bin Aburrahman, lalu bawa kemari.”

Keduanya pun lalu pergi menyusuri perbukitan Madinah. Dalam pencariannya itu mereka bertemu dengan salah seorang penggembala Madinah yang bernama Dzufafah.

Umar bertanya kepadanya, “Apakah engkau tahu seorang pemuda di antara perbukitan ini?”
Penggembala itu menjawab, “Jangan-jangan yang engkau maksud seorang laki-laki yang lari dari neraka Jahanam?”
“Bagaimana engkau tahu bahwa dia lari dari neraka Jahanam?” tanya Umar. Dzaufafah menjawab, “Karena, apabila malam telah tiba, dia keluar kepada kami dari perbukitan ini dengan meletakkan tangannya di atas kepalanya sambil berkata, “Mengapa tidak cabut saja nyawaku dan Engkau binasakan tubuhku, dan tidak membiarkan aku menanti keputusan!”
“Ya, dialah yang kami maksud,” tegas Umar. Akhirnya mereka bertiga pergi bersama-sama.

Ketika malam menjelang, keluarlah dia dari antara perbukitan itu dengan meletakkan tangannya di atas kepalanya sambil berkata, “Wahai, seandainya saja Engkau cabut nyawaku dan Engkau binasakan tubuhku, dan tidak membiarkan aku menanti-nanti keputusan!”

Lalu Umar menghampirinya dan mendekapnya. Tsa’labah berkata, “Wahai Umar! Apakah Rasulullah telah mengetahui dosaku?”
“Aku tidak tahu, yang jelas kemarin beliau menyebut-nyebut namamu lalu mengutus aku dan Salman untuk mencarimu.”
Tsa’labah berkata, “Wahai Umar! Jangan kau bawa aku menghadap beliau kecuali dia dalam keadaan sholat”

Ketika mereka menemukan Rasulullah SAW tengah melakukan sholat, Umar dan Salman segera mengisi shaf. Tatkala Tsa’laba mendengar bacaan Nabi saw, dia tersungkur pingsan. Setelah Nabi mengucapkan salam, beliau bersabda, “Wahai Umar! Salman! Apakah yang telah kau lakukan terhadap Tsa’labah?”

Keduanya menjawab, “Ini dia, wahai Rasulullah saw!”

Maka Rasulullah berdiri dan menggerak-gerakkan Tsa’labah yang membuatnya tersadar. Rasulullah SAW berkata kepadanya, “Mengapa engkau menghilang dariku?”
Tsa’labah menjawab, “Dosaku, ya Rasulullah!”

Beliau mengatakan, “Bukankah telah kuajarkan kepadamu suatu ayat yang dapat menghapus dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan?”
“Benar, wahai Rasulullah.”

Rasulullah SAW bersabda, “Katakan Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan di akhirat serta peliharalah kami dari azab neraka.”

Tsa’labah berkata, “Dosaku, wahai Rasulullah, sangat besar.”

Beliau bersabda,”Akan tetapi kalamullah lebih besar.” Kemudian Rasulullah menyuruh agar pulang ke rumahnya. Di rumah dia jatuh sakit selama delapan hari. Mendengar Tsa’labah sakit, Salman pun datang menghadap Rasulullah SAW lalu berkata,

“Wahai Rasulullah! Masihkah engkau mengingat Tsa’labah? Dia sekarang sedang sakit keras.” Maka Rasulullah SAW datang menemuinya dan meletakkan kepala Tsa’labah di atas pangkuan beliau. Akan tetapi Tsa’labah menyingkirkan kepalanya dari pangkuan beliau.

“Mengapa engkau singkirkan kepalamu dari pangkuanku?” tanya Rasulullah SAW.
“Karena penuh dengan dosa.” Jawabnya.

Beliau bertanya lagi, “Bagaimana yang engkau rasakan?” “Seperti dikerubuti semut pada tulang, daging, dan kulitku.” Jawab Tsa’labah.
Beliau bertanya, “Apa yang kau inginkan?” “Ampunan Tuhanku,” Jawabnya.

Maka turunlah Jibril as. dan berkata, “Wahai Muhammad! Sesungguhnya Tuhanmu mengucapkan salam untukmu dan berfirman kepadamu, “Kalau saja hamba-Ku ini menemui Aku dengan membawa sepenuh bumi kesalahan, niscaya Aku akan temui dia dengan ampunan sepenuh itu pula.” Maka segera Rasulullah SAW memberitahukan hal itu kepadanya. Mendengar berita itu, terpekiklah Tsa’labah dan langsung ia meninggal.

Lalu Rasulullah SAW memerintahkan agar Tsa’labah segera dimandikan dan dikafani. Ketika telah selesai disholatkan, Rasulullah SAW berjalan sambil berjingkat-jingkat. Setelah selesai pemakamannya, para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah! Kami lihat engkau berjalan sambil berjingkat-jingkat.”

Beliau bersabda, “Demi Zat yang telah mengutus aku sebagai seorang nabi yang sebenarnya! karena, banyaknya malaikat yang turut menziarahi Tsa’labah.”

repost : kisah Nabi dan Sahabat
@kisahTauladan
@kisahIslami
@semogabermanfaat

Selasa, 03 April 2018

Kisah Rasulullah dan Orang Yahudi


Utbah bin Abi Mu`id (kafir Quraisy ) membawa sekantung kotoran unta yang telah tersimpan selama tiga hari tiga malam lalu mengangkatnya tepat di atas kepala Nabi SAW dan merobeknya sehingga mengotori kepala dan wajah Nabi SAW.

Suatu ketika orang-orang kafir Quraisy menyewa seorang Yahudi untuk menyakiti Nabi. Di lorong yang biasa di lewati Nabi SAW untuk menuju Ka`bah, orang Yahudi itu berdiri untuk menunggu Nabi SAW. Di saat Nabi lewat, dia memanggil Nabi.

Beliau pun menengok, karena beliau tidak pernah mengecewakan siapa pun yang memanggilnya. Di saat itulah Yahudi tadi meludahi wajah Rasulullah SAW.
Nabi tidak sedikit pun marah atau menghardik Yahudi itu.
Keesokan harinya, Nabi kembali berjalan di tempat yang sama. Tidak sedikit pun beliau merasa dendam atau berusaha untuk menjauhi jalan tersebut. Sesampainya di tempat yang sama, Nabi pun kembali dipanggil dan diludahi seperti sebelumnya.

Demikianlah kejadian itu terus berulang selama beberapa hari hingga pada suatu hari Nabi tidak mendapati lagi orang yang meludahinya selama itu. Nabi pun bertanya dalam hatinya, “Ke mana gerangan orang yang selalu meludahiku?”
Setelah menanyakannya, tahulah Nabi bahwa orang tersebut jatuh sakit.
Nabi pun pulang ke rumah untuk mengambil makanan yang ada dan tak lupa pula mampir ke pasar, membeli buah-buahan, untuk menjenguk Yahudi yang tengah sakit itu.
Sesampainya di rumah si Yahudi, Nabi mengetuk pintu.

Dari dalam rumah, terdengar suara lirih Yahudi yang tengah sakit mendekati pintu sembari bertanya, “Siapa yang datang?”
“Saya, Muhammad,” jawab Nabi SAW.
“Muhammad siapa?” terdengar suara Yahudi itu kembali bertanya.
“Muhammad Rasulullah,” jawab Nabi lagi.
Setelah pintu dibuka, alangkah terkejutnya si Yahudi, menyaksikan sosok yang datang adalah orang yang selama itu disakitinya dan diludahi wajahnya.
“Untuk apa engkau datang kemari?” tanya Yahudi itu lagi.
“Aku datang untuk menjengukmu, wahai saudaraku, karena aku mendengar engkau jatuh sakit,” jawab Nabi SAW dengan suara yang lembut.

“Wahai Muhammad, ketahuilah bahwa sejak aku jatuh sakit, belum ada seorang pun datang menjengukku, bahkan Abu Jahal sekalipun, yang telah menyewaku untuk menyakitimu, padahal aku telah beberapa kali mengutus orang kepadanya agar ia segera datang memberikan sesuatu kepadaku. Namun engkau, yang telah aku sakiti selama ini dan aku ludahi berkali-kali, justru engkau yang pertama kali datang menjengukku,” kata Yahudi itu dengan nada terharu.

Keagungan akhlaq Nabi SAW telah meluluhkan hatinya. Ia pun memeluk Nabi dan menyatakan dirinya masuk Islam.
.
Free Share dan Repost
@Dinadestriantini
@dd_bacasaja
@ayomenulis